Ini pertama kalinya aku buat
cerpen, mungkin kurang bagus, mohon dimaklumi. Anggap saja ini kisah imajinasi
yang semoga saja bisa menginspirasi.
Perkenalkan, nama ku Randy. Aku dulunya
merupakan mahasiswa dari salah satu universitas yang berada dibagian paling
barat dari nusantara. Hari-hariku selalu diisi dengan kuliah dan diselingi
dengan berkarya. Hari-hariku berlalu secara monoton seperti biasanya, hingga
akhirnya aku mulai menyadari kehadirannya, si gadis pembawa cinta..
“Kriing...kring..kriing..” alarm berbunyi, menandakan hari sudah
menjelang pagi. Seperti biasa, aku harus cepat bangun menuju kekamar mandi
untuk bersuci, karena tiada hal yang wajib dilakukan sebelum melakukan
rutinitas, selain solat subuh..
“aduuh... kambeng nih pintu!”, aku menggerutu karena kejedot pintu
kamar mandi.
Kumulai masuk kekamar mandi, berwudhu
dan kembali kekamar lagi untuk menunaikan solat subuh.
“selamat pagi dunia, tolong persiapkan kejutan yang luar biasa untukku
hari ini”. kataku sambil bercermin dengan ekspresi menaikkan alis sebelah
kanan.
Jam menunjukkan pukul 06.30 pagi,
yang membuatku merasa digiring untuk sekali lagi kekamar mandi untuk
membersihkan diri, yang kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan diri untuk
kuliah masuk pagi.
“buku? Cek!, pulpen? Cek!, pensil? Cek!” ,aku memastikan semua
perlengkapan berada didalam tas.
Pukul 07.45 aku pergi kekampus dengan sepeda
motor kesayanganku.
Sesampainya aku dikampus, tanpa
sengaja aku disambut oleh gadis yang gak asing wajahnya, yang pandangannya
sedang tertuju kepadaku. Aku hanya tersenyum kearahnya tanpa menyapa.
Tanpa basa-basi aku terus
melangkahkan kakiku menuju ke ruang kelas.
“wooi, aku ada film baru nih.
Aku belum nonton, tapi kayaknya seru. Pulang dari kampus nonton bareng kita ok”.
Aku bersemangat mengajak teman-temanku
“iya? Yauda nanti keluar ini kita nonton”, sambut Hardi dengan antusias
“yauda boleh, nanti aku ke kosmu”, Munir ikutan antusias.
Perkuliahan berlanjut hingga
selesai, kami bertiga melanjutkan kegiatan seperti yang sudah direncanakan
sebelumnya, yaitu menonton film bareng di kosku.
"Mana laptop? Cepat, cepat, cepat idupin”, Hardi uda gak sabar mau
nonton.
“coba kau ambilkan charger itu, abis batrenya ni”, perintahku dengan sigap.
“Nah ini”, Hardi melemparkan charger kearah ku.
Filmpun diputar, disela-sela
menonton, pikiranku tiba-tiba teralihkan oleh sosok gadis yang kujumpai pagi
tadi. Senyumnya seolah-olah ingin selalu menetap dipikiranku.
“eh si Nina, gimana menurut kalian?”, aku bertanya kepada mereka.
“Nina mana?”, Munir kembali bertanya.
“Nina angkatan kitalah, kampret!!”, jawabku tegas.
“oh si Nina, kau suka sama dia?”, tanya Munir lagi.
“ntah, gak tau aku. Diakan orangnya baik, manis. Mungkin cocok juga sama aku yang manis dan baik ini”
“hahaha muka kaya gini kau bilang manis?, sama kambing dibedaki aja masih kalah kau”, sambung Hardi sambil tertawa
“hahaha setanlah. Aku serius ni, gimana dia menurutmu di?”, tanyaku pada Hardi.
“baik orangnya memang, kalo kau suka ya dekatilah. Nanti biar kami
uruskan”, jawab Hardi
“iya, kalo kau sama dia kami setuju aja”, tambah si Munir
“tapi kayaknya, aku bukan satu-satunya yang mikir gitu. Kalo ada cewek
yang kayak gitu, pasti selalu ada cowok-cowok bajingan yg goda-goda dia, nanti
takutnya aku dianggap dia termasuk kedalam kategori cowok-cowok yang kayak
gitu, apalagi aku orangnya gini, aku serius aja kadang dianggap becanda, belum
lagi ditambah kemungkinan kalo dia uda punya cowok”, kataku sedikit pesimis
“ya makanya, kau dekati dulu. Cari tau dulu tentang dia, baru kau nanti
perlahan masuk”, tegas Munir
“iya, kau belum mulai aja uda pesimis. Optimislah jadi orang”, Hardi
menambahkan.
“yauda, nanti aku coba dekatilah”, aku menjawab dengan sedikit ragu
Aku mulai berpikir, bagaimana cara
aku harus memulai suatu percakapan dengannya. Hingga tiba keesokan harinya
dikampus.
“Ndy, itu ada Nina. Kupanggil ya?”, tanya Hardi padaku
“yauda, kau panggil aja”, kataku pada Hardi bersemangat.
“Hai Nina”, Hardi memulai aksinya.
“hai”, jawab Nina sambil tersenyum.
“Nina lagi kosong kan?”
“apanya?”, Nina bingung
“hatinyalah”
“ahahaha iya nih”, jawab Nina dengan nada bercanda
“oh berarti samalah sama si randy”, Hardi melirikku.
Aku hanya bisa memandangnya
sambil tersenyum dengan ekspresi bodoh.
“jaga hati ya ndy, jangan nakal-nakal”, kata Nina sambil tersenyum kearahku.
Aku gak tau apa yang ada dipikiranku, tanpa sadar aku hanya bisa berkata
“iya Nina, hatiku ini hanya untuk Nina kok”, jawabku dengan semangat.
“syyeeeeeeeeeh”, sambut Hardi dengan ekspresi gilanya.
Nina hanya tersenyum, kemudian pergi bersama teman-temannya.
“kau liat itu, baek kan aku?”, tanya Hardi dengan ekspresi ingin
diakui.
“hahaha iya iya, bagus itu. Sering-sering aja kau gitu”, jawabku
sambil tertawa.
Waktu terus berlalu, hari
berganti hari tanpa ada henti. Aku masih dengan keadaan yang sama, yaitu
menyukainya dalam diam. Hingga akhirnya aku memberanikan diri, membuang rasa
pengecutku untuk mulai mendekati dia lewat sosial media.
“Nina, uda selesai tugas manajemen?”, aku bertanya lewat bbm
“Bling”, bunyi hp menandakan pesan masuk. Dengan sigap kubaca
isinya
“belum nih ndy hehe, kau uda?”
“yaah samalah berarti. Kirain uda”
“hahaha lagi belum pas aja nih untuk ngerjain tugas”
“oh iya? Aku juga gitu soalnya hahaha”
“ih ikut2an aja”
“nggak yaa. Ini memang benar adanya hahaha”
Semakin hari aku semakin sering
chatting dengannya, tentu saja dimulai dengan alasan2 yang setiap hari berbeda.
Semakin lama semakin kudekati, dan aku mulai yakin jika dia mulai memiliki rasa
yang sama seperti yg kurasa, yaitu rasa cinta. Akhirnya, kuputuskan untuk
mengutarakan niat baikku, karena dia gadis yang baik, maka harus kujaga dia
dengan cara yang baik pula, yaitu mengajaknya untuk saling menjaga perasaan
hingga nantinya aku siap untuk menghalalkannya.
“Nina, lagi apa nih?”, tanyaku lewat bbm.
“ini lagi nonton tv, kau ndy?”, jawabnya
“ooh kalo aku lagi duduk2 aja nih. Oh iya Nina, aku mau kasih tau yang
sebenarnya. Aku sungguh-sungguh sama Nina, aku sayang Nina, aku cinta Nina.
Mungkin selama ini aku keliatan bercanda, tapi kalo masalah cinta dan perasaan
aku gak bisa becanda. Lagian, aku lakuin itu juga, agar Nina bisa ketawa bahagia,
walaupun resikonya cintaku malah dianggap sebagai candaan.
Aku gak nanyakan Nina untuk jadi pacarku karena 2 alasan. Alasan
pertama, karena takut ditolak dan memang mungkin bakalan ditolak. Kedua, aku
gak mau kalo Nina hanya kujadikan tempat untuk mendapatkan status pacaran tanpa
kejelasan.
Aku maunya, kita saling menjaga hati, hingga nanti akhirnya Allah
memberikan aku kesiapan untuk menghalakan Nina, itupun kalo Nina mau.
Kalo aku uda berjanji seperti ini, aku gak bakalan ingkar. Karena ini
masalah hati dan perasaan, aku gak akan menyakiti, karena aku tau rasanya
disakiti. Tapi, jika Nina merasa berat akan tanggung jawab ini, dan gak mau.
Mungkin aku sendiri nantinya yang akan bertahan menjaga hatiku ini untuk Nina,
mungkin itulah yang dikatakan tulus mencinta.
Jika Nina ingin berpacaran dengan siapa aja, yauda gak apa2. Walaupun
itu akan menyakitkan hatiku nantinya. Mungkin terdengar naif, jika kukatakan
aku bahagia jika melihat Nina bahagia, walaupun itu bukan bersamaku, tapi
memang itulah kenyataannya.
Aku harap Nina pertimbangkan ini, karena keputusan Nina menetukan suasana hatiku nantinya. Sekali lagi aku katakan, aku sayang Nina”.
Beberapa menit kemudian, pesan
balasan pun datang
“Dari sisi mana kamu bisa sayang samaku?, dari sisi mana spesialnya
aku?. Untuk sekarang kita seperti ini aja dulu, untuk kedepannya, kita liat aja
cerita yang Allah siapkan untuk kita. Untuk sekarang biarkan aku bermain dengan
duniaku, dan kamu bermain dengan duniamu. Banyak kisah yg seperti kita ini, awalnya
hanya sebatas teman dan kemudian bersatu di pelaminan”.
“jika ditanya dari sisi mana bisa sayang, terus terang aku gak tau
jawabannya. Karena rasa sayang timbul
dengan sendirinya. Yang spesial dari Nina ialah, cara bicara Nina yang selalu
nyambung jika diajak ngobrol, dan ditambah senyum manis Nina yang selalu
membuatku terpana. Mungkin dari itu semua, timbul rasa tidak ingin melepaskan. Yauda,
itu keputusan Nina aku harus hargai, karena aku juga gak mau pacaran. Terus
terang aku belum pernah baca kisah seperti itu, tapi aku yakin cerita itu punya
ending yang bagus. Insya Allah bakalan terjadi juga sama kita” , jawabku
terus terang.
“Yauda, sekarang kita berteman aja dulu, mungkin kedepannya bisa jadi
teman hidup. Walaupun gitu, kita tetap kaya gini ya, tetap becanda bareng, jangan
tiba2 berubah jadi pendiem. Jadi, apakah kau masih mau memperjuangkan orang
yang saat ini masih senang dengan dunianya?”, balasnya seakan memberiku
harapan.
“iya, aku pasti ga akan berubah. Dan terus terang, aku masih mau
berjuang untuk orang yang kucinta dan ku sayang”, jawabku dengan penuh
semangat.
Dimulai dari kejadian itu,
semakin hari kami semakin dekat. Tanpa terasa, waktu sudah berjalan begitu
lama, kami tetaplah berteman biasa. Aku
bisa dekat dengan siapa saja, begitu juga sebaliknya. Walaupun hanya sebatas
teman, tapi anggapan hatiku lebih dari teman, dan harapanku padanya begitu
besar. Sempat tersiar kabar bahwa dia memiliki pacar, walaupun aku sedikit
kecewa tapi tak apa. Karena menurutku, pada akhirnya hanya akan ada teman hidup, bukan pacar hidup..
Tepat pada waktunya, kami akan
dipisahkan oleh yang namanya wisuda.
Semua orang terlihat sangat bahagia mungkin juga termasuk si Nina, karena sudah
merasa terlepas dari belenggu kuliah. Aku hanya bisa cukup berbahagia tanpa
kata sangat, karena kata sangat itu sudah melekat pada dirinya
yang sebentar lagi akan terpisah.
“Nina!!”, aku berteriak memanggil Nina sembari menghampirinya.
“iya ndy”, jawabnya lembut.
“kenalin, ini ayahku, ini emakku.”, aku memperkenalkan orangtua ku.
“Nina, pak, buk”, Nina memperkenalkan diri sambil mencium tangan
kedua orangtuaku.
“Yah, mak ini yang namanya Nina”, aku berkata ke orangtuaku sembari
menunjukkan Nina ke mereka.
“oh ini yang namanya Nina. Manis orangnya ya”, kata emak
Nina tersenyum dengan senyuman
khas nya.
“Orang tuanya mana?”, tanya ayahku ke Nina.
“iya Nina, mana mereka?”, lanjutku manambahi.
“mereka disana lagi ngobrol sama orang tua lainnya”, jawab Nina
sambil menunjuk ke arah orangtuanya berada.
“oh yauda yok kita kesana, yok mak, yah kita kesana”, ajakku.
Aku dan keluargaku diperkenalkan
dengan keluarganya. Dengan sekejap keluargaku dan keluarganya terlihat akrab.
Aku juga merasa bahagia melihat momen tersebut, harapanku saat itu ialah “semoga rasa kekeluargaan ini akan terasa
untuk selamanya. Keluargaku dan keluargamu menyatu, dan kitalah pemersatunya”.
Tiba-tiba saja harapan besarku itu tergoyahkan dikarenakan sambutan hangat Nina
kepada Putra, yang tak lain ialah pacarnya Nina. Ternyata kabar yang selama ini
kudengar itu benar.
“semuanya, perkenalkan ini Putra.
Dia pacar Nina”, Nina memperkenalkan pacarnya.
“Putra”, pacarnya memperkenalkan diri sambil menjabat tanganku.
“Randy”, jawabku dengan menggenggam erat tangannya.
Kami bercengkrama seolah-olah
kami berteman sudah lama. Tertawa bersama, seakan aku bahagia.. Sebenarnya aku
sangat berduka dan kecewa, tapi setelah melihat senyumnya Nina, aku langsung
teringat akan perkataanku yang lalu, yaitu “Mungkin
terdengar naif, jika kukatakan aku bahagia jika melihat Nina bahagia, walaupun
itu bukan bersamaku, tapi memang itulah kenyataannya”. Seketika saja, aku
mencoba membuang jauh rasa dukaku.
Saat itu aku mulai putus asa, katanya
“cinta mampu menguatkan hati”. Tapi
yang kurasakan saat itu, hatiku benar-benar rapuh dan hancur. Katanya “cinta mampu membesarkan pengharapan”,
nyatanya harapanku saat itu benar-benar memudar.
Mulai dari situ juga, kami tidak
pernah berkomunikasi lagi. Aku menjauhkan diri darinya dengan cara menghapus
semua kontaknya. Karena saat itu, aku merasa bahwa dia sudah mendapatkan
kebahagiaannya, dan kebahagiaannya itu bukanlah diriku.
Beberapa tahun kemudian,
keadaanku sudah berubah. Aku sudah bisa melupakannya, aku juga sudah mulai berhenti
mengharapkannya, dan aku juga sudah mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan
yang layak.
Dihari itu, tepat pada hari
dimana aku libur kerja, aku iseng bermain Pokemon
Go. Mengitari salah satu perumahan yang ada di ibukota. Tanpa sengaja aku
menabrak seorang wanita.
“aduh!!”, teriak dia kesakitan.
“maaf mbak, maaf banget saya gak sengaja”, kataku memelas sambil
menolongnya.
“iya mas ga apa-apa, lain kali hati-hati ya”, menasihatiku dengan
suaranya yang lembut.
“Iya mbak, sekali lagi maaf”, balasku
Kami berdua bertatapan beberapa
detik, sampai akhirnya kami sadar, kalau kami saling mengenal.
“Nina?”, aku bertanya heran.
“Randy?”, Nina juga keheranan.
“waah, gimana kabarnya? Kok bisa ada disini?”, tanyaku kepada Nina.
“alhamdulillah baik, kamu gimana? Pasti baik lah ya. Aku sekarang
tinggal disini, karena kantorku juga dekat sini. Ya kamu kenapa bisa disini?”,
jawab Nina sambil balik bertanya.
“hahaha iya alhamdulillah. Aku jugasekarang tinggal didaerah sini, kerja juga dekat2 didaerah
sini, hari ini kebetulan libur, tadi juga iseng main Pokemon Go. Ngejar-ngejar
pokemon sampe sini”.
“ooh gitu, masih aja kamu kaya dulu, suka yang aneh-aneh. Pokemon kok
dikejar, jodoh tu kejar hahaha. Yuk kerumah, orang tua juga disini sekarang”
“hahaha capek ngejar jodoh, ngejar pokemon aja yg lebih pasti. Oh iya?
Yauda yuk”
Kami berjalan bersama menuju
rumahnya. Dari situ, harapanku yang dulu mulai tumbuh kembali. Tapi, tetap saja
aku merasa ragu dengan kemungkinan, jika dia mungkin saja sudah menjadi milik
orang. Setibanya dirumah, aku langsung bertemu kedua orangtuanya, bercengkraman
dengan mereka. Hingga akhirnya, aku punya kesempatan untuk berbicara hanya
kepada Nina. Bukan sebagai orang yang penuh harap untuk mendapatkan cintanya,
tapi hanya sebatas teman biasa.
“si Putra gimana Na?”, aku menanyakan hubungannya dengan pacarnya.
“kami uda lama gak bersama lagi. Seperti yang uda-uda, aku tersakiti
oleh alasan yang sama”, jawab Nina sedikit sedih.
“loh..kok bisa? Padahal aku aja yakin dia itu orangnya tulus sama kamu”
“ceritanya panjang. Aku juga dulunya yakin seperti itu, tapi ya
nyatanya ginilah. Kaulah, pasti uda punya orang yang mau kau nikahi”
Aku terdiam saat itu, aku merasa canggung
saat itu, tapi rasa sayang dan cintaku lebih besar dari rasa canggung yang
menghadang.
“iya, aku uda punya seorang yang kusimpan didalam hati dari dulu, yang akan kunikahi dari dulu.. Nina, mau gak
kau menikah denganku?”, aku bertanya kepada Nina penuh dengan harap.
Nina terdiam agak lama, dan
tiba-tiba tanpa sadar airmatanya mengalir dipipinya..
“mengapa kau pertahankan cintamu dari dulu? Begitu berharganya kah
diriku ini untukmu? Aku gadis biasa, yang gak ada istimewanya. Aku juga pernah
mengecewakan cintamu dulu, tapi kenapa kau masih mau?”, Nina bertanya
kepadaku dengan perasaan ragu.
Aku mendekatinya, merangkul
bahunya mencoba untuk meyakinkannya.
“aku ga tau kenapa aku bisa begitu bodoh, hingga kebodohanku membuatku tak menyadari bahwa aku ternyata masih
mencintaimu selama ini, kebodohanku
menutupi semua kekuranganmu sehingga kau selalu terlihat berharga bagiku. Kebodohanku juga masih tetap membuatku
memandang senyum manismu sebagai keistimewaanmu. Kebodohanku juga membuatku melupakan semua kesalahanmu yang dulu.
Mungkin aku orang bodoh yang paling
cinta akan kebodohannnya. Maukah kau mengasihani aku yang penuh dengan kebodohan ini, dengan cara menerima niat
baikku untuk menghalalkanmu?”, sambil mengangkat dagunya dan menghapus air matanya.
Nina memandangku, kemudian
mengangguk lemah lembut serta berkata, “iyaa,
aku mau”.
Aku begitu senang dengan apa yang
aku dengar, aku merasa sangat bersyukur dengan apa yang aku alami saat itu. Aku kemudian menyadari bahwa kesabaran dan keyakinan ialah dua hal
yang paling disukai oleh Tuhan, hingga akhirnya Dia memainkan skenarionya dengan membuat seolah-olah semua yang sudah Dia rencanakan merupakan sebuah ketidaksengajaan.
Beberapa bulan kemudian, kami
akhirnya menikah. Keinginnanku akhirnya terkabul, yaitu dapat merasakan
indahnya rasa kekeluargaan yang tercipta dari menyatunya dua keluarga yang
diwakili oleh kami berdua.
Akhirnya hal yang paling aku
inginkan, yang selalu aku nantikan, yang selalu aku doakan selama ini,
menjadinya kenyataan.
Jangan putus asa, hanya karena dianggap sebagai teman. Karena pada akhirnya, hanya akan ada Teman Hidup, bukan Pacar Hidup.. Jodoh pasti bertemu.
No comments:
Post a Comment
komentar apapun yang kamu mau